Senin, 22 November 2010

CHAPTER 8: LAUREL’S TURN

Laurel terbangun dengan kepala berdenyut-denyut. James ada di sampingnya, tengah memijat-mijat kepalanya sendiri.

“Gyle sial,” kata James kesal. “Kemampuan curian dia pakai. Kenapa dia bisa
menguasai kemampuan itu seperti itu? Sial, kepalaku sakit!”

“Masalah itu belakangan saja,” kata Thalia. “Mana Daphne?”

Tak ada yang menjawab.

*

“Kenapa pakai kartu tarot?” tanya Calypso tak paham. “Kenapa tidak melihat ke masa
depan secara langsung saja?”

“Mendapat visi tidak semudah yang kaukira,” jawab Laurel. “Kau bisa mendapat
visi-visi tak jelas secara mendadak, tapi untuk mendapatkan visi secara jelas butuh
cara-cara tertentu. Ramalan bola kristal, kartu tarot, garis tangan, semuanya
membantu.”

“Lalu kenapa memilih tarot?”

Laurel mengangkat bahu. “Masalah selera.”

Setelah beberapa saat, wajah Laurel memucat. Isi ramalan itu tidak bagus. Malah
lebih cocok dibilang buruk. Amat buruk. Tapi ia tidak boleh membuat teman-temannya
cemas. Sekarang yang penting Daphne harus diselamatkan dulu.

“Apa isi ramalannya?” tanya Erato.

Laurel tak menjawab. “James, kau tahu di mana markas Gyle?”

“Kastil itu? Ya, aku tahu. Kenapa?”

“Kita harus ke sana. Ayo.”

Dengan segera, Laurel, James, Theo, Thalia, Erato, Calypso, dan juga Ares bergegas
pergi meninggalkan rumah Daphne dan Jason, meninggalkan kartu tarot di meja makan di
sana.

Kartu The Death.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar