Rabu, 29 Desember 2010

CHAPTER 19: DAPHNE’S TURN

Mataku segera membiasakan diri dengan kegelapan itu, dan saat melihat semua orang
nyaris bertabrakan di kegelapan, aku segera setengah mati menahan tawa. Protes dan
teriak kesakitan berkumandang di udara.

“Auw! Siapa itu tadi?!”

“Aduh! Itu kakiku!”

“Aaaakh! Jangan tarik rambutku!”

“Jason, apa itu kau?!”

“Bukan, Kelli! Aku jauh darimu!”

“Mana bisa kau tahu di kegelapan seperti ini?! Dan jangan panggil aku Kelli!”

“Ini bukan saatnya untuk bertengkar, kalian berdua!” kataku geli saat mendengar
Jason dan Calypso bertengkar seperti anak kecil.

“Aku tahu, Daph…” keluh Jason, seperti anak kecil. Kemudian semua suara menghilang.

“DAPHNE?!”

Semua mata tampaknya sudah terbiasa dengan kegelapan sekarang. Semuanya menatapku
dengan mata terbelalak lebar seakan bola mata mereka hampir meloncat keluar dari
tempatnya.

“Eng… apa?” tanyaku bingung.

“Daphne – kau – Daph – kenapa – “ Jason tampaknya tak bisa menyusun kalimat sama
sekali.

“Berhenti bicara seperti orang bodoh begitu,” dengusku dingin. “Katakan saja apa
yang ingin kau katakan, sekarang.”

“Kenapa kau masih ada di sini?!” seru Laurel dengan raut wajah tak percaya.

Aku mengernyitkan dahi. “Memangnya harusnya aku ke mana?”

“Tapi tadi kau sudah mengalami proses itu! Seharusnya kau sudah menghilang
sekarang!” gagap Laurel lagi.

Aku mengernyitkan dahi lagi, kini ditambah dengan mulut yang terbuka. “Tunggu…
proses? Hilang? Apa yang hilang? Memangnya kau kehilangan jam pasirmu?”

“Tunggu, tunggu dulu,” kata Gyle sambil mengangkat tangannya. “Apa yang kauingat?”

“Well,” aku memulai, “aku merebut jam pasir dari James, cahaya menghilang, lalu
kalian mulai bertingkah aneh seperti ini.”

“Hanya itu?”

“Memangnya harus ada lagi?”

“’Tingkah aneh’ itu tergantung dari sisi mana kau melihatnya, Daphne,” kata Ares.

“Ya,” kata Theo setuju. “Menurut kami, yang tingkahnya aneh di sini hanya kau
sendiri. Tapi menurutmu yang aneh kami. Aku mulai bingung di sini.”

“Aku bisa jelaskan itu.”

Aku menutup mulutku dengan kaget. Apa tadi aku bicara? Aku tidak merasa seperti
bicara. Apa itu tadi? Itu bahkan bukan suaraku. Lalu suara siapa? Aduh. Aku hanya
membingungkan diriku sendiri di sini!

“Daphne?”

“Itu bukan – Kubilang, aku bisa menjelaskannya – Hei, jangan membajak mulutku! Siapa
kau?” kataku – dan sesuatu yang memanfaatkan mulutku.

Suara itu terdengar cukup familier… tapi siapa?

“Daphne, kau yakin kau tidak sakit?”

“Itu bukan suaranya.”

“Memang bukan!” kataku kesal.

“Kalau begitu siapa?”

“Mungkinkah… Kepingan Waktu?” tanya Laurel.

“Benar,” kata suara itu lagi. Tiga suara bertumpuk. Dan suara itu menggunakan
mulutku lagi.

“Kenapa kalian gunakan mulutku?” tanyaku kesal. Rasanya seperti orang gila, bicara
pada diri sendiri seperti ini.

“Karena kami ada dalam dirimu.”

Aku ternganga.

“Tunggu! Jadi prosesnya berjalan lancar?” tanya Jason.

“Cukup lancar,” kata suara itu lagi. “Itu benar Daphne menolak, dan menyebabkan
sedikit rasa sakit tadi – “

“Sedikit? Lalu kenapa dia menjerit begitu keras sehingga koneksinya terputus tadi?”
gumam Argus tak jelas, kesal.

“ – tapi sebetulnya, dalam hatinya, ia menerimanya. Kemungkinan karena tak ingin
mengkhianati kepercayaan kalian padanya.”

Aku terdiam mendengar kata-kata itu.

“Ah, jadi begitu?” kata Jason, mulai menggodaku. “Jadi anak kecil ini percaya pada
kami?”

Aku bisa merasakan wajahku memerah. “Berhenti menggodaku, Jason. Kau tak pernah
berkata kau percaya padaku. Aku juga tak pernah berkata aku percaya padamu.”

“Ouch!”

“Tapi pada intinya, kami bisa berdiam di tubuh Daphne,” kata suara itu lagi. “Dan
supaya kami tidak mengganggunya lagi, kami akan mengalami tidur panjang sampai
kematiannya, untuk mencari tubuh baru lagi.”

“Bukannya kalian akan menghilang bersama waktu?” tanya Laurel.

“Teori lama,” kata suara itu lagi, kini terdengar bosan. “Kami ingin mencoba hal
baru. Kami sudah menghilang dan muncul berkali-kali dalam sejarah. Kini kami
memutuskan, tak akan ada hilang lagi.”

“Oke…”

“Jadi, jaga kami dengan baik, Daph.”

Mendadak, aku merasakan sentakan kuat di punggung, membuatku jatuh berlutut. Seakan
tenagaku menghilang mendadak.

“Argh, apa itu tadi?” erangku kesal. “Ada yang bisa jelaskan apa yang terjadi tadi?!
Aku sama sekali tak mengerti!”

Semua orang berpandangan dan tersenyum.

“Nanti, Daph,” kata Jason. “Sekarang, ayo kita pulang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar