Rabu, 29 Desember 2010

CHAPTER 18: JASON’S TURN

Keheningan yang dipenuhi ketegangan menggantung di udara sementara kata-kata Laurel
meresap masuk ke benak setiap orang. Semuanya saling memandang dengan gugup dan
cemas. Bagaimana kalau akhirnya Daphne menghilang?

“Auw…”

Serentak, semua orang menoleh. Argus yang menyadari kalau ia dipandangi, bergeser
mundur dengan teratur.

“Uh… apa?” tanyanya gugup.

“Agus!” seru Gyle tiba-tiba. “Argus! Mungkin dialah kunci untuk menyelamatkan
Daphne!”

“Hah?” Argus tampak tak paham. Ia memandangi Gyle seakan Gyle orang gila. Tapi semua
orang selain Argus paham.

“Apa dia menguasai ilmu…?”

“Telepati, ya. Itu berarti ia bisa bicara dengan Daphne, sekarang juga, walau kita
tak bisa mendekati Daphne karena energi yang dipancarkannya terlalu kuat.”

“Itu bisa berhasil!” seru Calypso girang.

“Dia bisa selamat!” sambut Thalia dan Erato.

“Argus! Bisakah kau membuat koneksi dengan Daphne sekarang?” tanya Ares, segera
bergerak.

“Konek – hah?”

Aku menjitak kepala Argus kesal. “Telepati, Argus, telepati! Astaga!”

“Oh, kenapa tak jelaskan dari tadi?” tanya Argus, membuatku merasa ingin memukulnya
lagi. “Tunggu sebentar. Kalian bisa ikut mendengar dan berkomunikasi dengan Daphne
kalau aku menghubungkan kalian semua, tapi itu akan butuh sedikit waktu.”

Argus menunduk dan memejamkan matanya. Beberapa detik kemudian suaranya berkumandang
di kepalaku.

“Apa suaraku terdengar?”

Aku menarik nafas kaget dan menatap Argus tak percaya. Ia menatapku dengan tatap
bertanya.

“Terdengar,” batinku kagum.

“Jelas sekali,” terdengar suara Erato di kepalaku.

“Baguslah kalau begitu. Aku akan membuat koneksi dengan Daphne sekarang. Daphne!”

Suara Daphne terdengar di kepalaku, kaget, sedikit lemah. “Argus?”

“Jangan menolak tawaran itu,” sambarku sebelum Argus bisa bicara apa-apa.

“Apa?”

“Jangan tolak tawaran itu!” ulangku.

“Kenapa?”

“Kau tak berguna kalau kau menghilang,” ucap Calypso sarkastis.

“Biasanya aku akan mengoreksi kata-kata seperti itu, tapi kali ini aku setuju
sepenuhnya,” kataku. “Ya, kau tak berguna kalau kau menghilang.”

“Tapi kalau aku menerimanya… bagaimana aku tahu aku akan benar-benar aman?” tanya
Daphne ragu. “Diam! Kalian sama sekali tidak memberiku jaminan kalau aku akan
benar-benar aman!”

“Daphne?” panggil Argus kaget dan bingung.

“Oh, maaf. Aku bicara dengan ketiga Kepingan Waktu itu tadi.”

“Daphne, sebaiknya kau terima tawaran itu,” kata Laurel. “Aku tahu seperti apa
perasaanmu sekarang – “

“Tidak, kau tak tahu,” potong Daphne datar.

“ – tapi aku benar-benar menyarankanmu untuk menerima tawaran itu – “

“Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?! Kau mau aku membawa-bawa Kepingan Waktu ke
mana-mana setiap saat?!” Daphne memotong Laurel lagi dengan kesal.

“ – karena tak seorangpun dari kita di sini ingin kau menghilang,” Laurel terus
melanjutkan seakan tak ada apapun yang memotong ucapannya.

Daphne tak berkata apa-apa lagi.

“Asal kau tahu saja, Daph, Laurel benar,” kata Ares. “Tak ada yang ingin kau
menghilang.”

“Bisakah kau bayangkan apa yang akan terjadi kalau kau menghilang?” tanya Thalia.

“Tak ada yang akan mengingatmu,” kata Erato.

“Menghilang begitu saja,” kata Theo. “Tak ada yang mau, Daphne. Terima sajalah.
Lebih baik begitu daripada kau menghilang.”

“Tapi – “

“Daph!” seruku kesal. “Terima saja!”

“Tak akan!” seru Daphne balik, amat keras kepala. “Aku menolak dengan sepenuh hati!”

Terdengar suara nafas tertahan dari setiap orang.

Dan,

“AAAAAAAAAAAAA!!!!!”

Aku menoleh ke tubuh Daphne. Kini tubuhnya memancarkan cahaya putih kemilau yang
amat kuat.

“Daph!”

Aku berbalik, hendak menghampiri Daphne, tapi Laurel menahanku.

“Jangan!” serunya. “Kalau kau merusak proses penyatuannya, ia bisa lenyap lebih
cepat! Sudah kubilang, segalanya tergantung pada Daphne sendiri. Percuma kau
berusaha mencegahnya sekarang. Sudah terlambat.”

Aku terdiam mendengar kata-katanya. Daphne… lenyap? Aku tak bisa percaya.

Mendadak cahaya itu menghilang. Karena belum terbiasa dengan keadaan ini, segalanya
tampak gelap gulita bagiku. Tak ada cahaya sama sekali.

Aku berbalik, berusaha mencari jalan keluar. Mungkin dari luar akan terlihat cahaya.
Tapi sepertinya semua orang juga berpikiran seperti itu karena tak lama kemudian
segera terdengar suara protes dan teriak kesakitan.

“Auw! Siapa itu tadi?!”

“Aduh! Itu kakiku!”

“Aaaakh! Jangan tarik rambutku!”

“Jason, apa itu kau?!”

“Bukan, Kelli! Aku jauh darimu!”

“Mana bisa kau tahu di kegelapan seperti ini?! Dan jangan panggil aku Kelli!”

“Ini bukan saatnya untuk bertengkar, kalian berdua!”

“Aku tahu, Daph…”

Dan, semua orang terdiam.

“DAPHNE?!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar